Kamis, 02 Juli 2009

CARA PENGABDIAN MENURUT AJARAN ALLAH

JABARIYAH DAN KADARIYAH
Pandangan ilmu Kalam bahwa manusia di dunia ini terbelah menjadi dua golongan yaitu setelah Allah menciptakan hambanya adalah apakah manusia itu hidup bebas semaunya atau terikat oleh ketetapan Sang Pencipta. Golongan yang berpendapat bahwa manusia itu terikat dengan hukum Allah, maka golongan tersebut disebut golongan jabariyah atau jabaret sedangkan golongan yang kedua yang menganggap bahwa manusia setelah diberi akal, maka dia bebas berbuat apa saja di dunia ini disebut golongan kadariyah atau kadaret. Pertentangan kedua golongan ini telah mewarnai kehidupan beragama di Indonesia maupun di dunia pada umumnya dan terkadang mengakibatkan benturan-benturan, yang merugikan kehdupan manusia itu sendiri. Dari golongan Kadariyah ini banyak melahirkan konsep tentang ilmu Tauhid yaitu satu cabang ilmu tentang Tuhan dengan sifat-sifatnya. Standard yang dipakai adalah akal manusia itu sendiri, yang dalam ilmu filsafat diragukan kemampuan akal manusia dalam melahirkan sesuatu yang objektip. Manusia dalam pandangan Idealisme dikatakan pandangannya relatif, karena apa yang kita lihat ternyata bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya, langit biru ternyata setelah manusia menembus ruang angkasa tidak ada warna biru tersebut, permukaan lautan yang kelihatan datar pada garis katulistiwa ternyata bumi ini bulat, manusia telah tertipu oleh pandangannya sendiri. Koreksi Idealisme kepada pandangan materialisme sebenarnya hanyalah cara untuk melarikan diri kedalam kehidupan ideal yang adanya bukan di dunia ini tetapi dalam alam kerajaan Tuhan. Untuk mencari jawaban atas pertanyaan manakah yang benar Jabariyah atau Kadariyah, tidak ada jalan lain kecuali mengikuti petunjuk Allah dalam Al-Qur'an, dimana Allah mempunyai program penciptaan manusia itu justru untuk menjadikan manusia sebagai khalifah yang berarti makhluk alternatif.

Bacalah (Al-Qur'an) atas nama Pembimbing Kehidupanmu yang telah mencipta segala
Ini adalah perintah yang pada awalnya kepada Nabi Muhammad, tetapi sebenarnya perintah Allah ini kepada semua manusia. Pada awalnya Nabi Muhammad, menjawab Ma anaa bi qaari' yang diterjemahkan saya tidak bisa membaca. Maka Malaikat memeluk Nabi sampai berkeringat, kenapa hal ini terjadi karena ada sesuatu yang berbeda antara Muhammad dengan Jibril dalam menjawab, Muhammad pada waktu mendengar kata Iqra' telah menggunakan akalnya untuk menyatakan apa adanya. Pada hal Rasul itu tidak berbicara kecuali dengan wahyu, seperti Firman Allah dalah Surat An-Najm ayat 3 yang artinya :
Dia (Muhammad) itu tidak berbicara oleh dorongan subjektivitasnya sendiri kecuali mengikuti wahyu yang diwahyukan kepadanya.
Setelah surat Al-Alaq 5 ayat diturunkan beberapa tahun lamanya, barulah Allah memberikan jawaban atas perintahnya itu dengan menurunkan surat Al-Fatihah terutama pada ayat 1 yang artinya :
(Saya) bertindak atas nama Allah yang Maha Rahman lagi Maha Rahim
Kenapa harus ada kata "saya" atau "anaa" dalam bahasa Arabiyyan ? Karena dalam bahasa percakapan atas perintah Iqra (anta) sehingga jika menjadi jawaban maka "anta" berobah menjadi "anaa" atau "saya". Sehingga jelas ayat 1 dan 2 surat Alfatihah itu adalah jawaban yang diberikan dari Allah bukan Subjektip Muhammad lagi.
Kita mengenal kata Waakil dalam bahasa Arabiyyan tentunya berbeda dengan wakil dalam bahasa Indonesia. Kalau Waakil dalam bahasa Arabiyyan itu artinya Pemberi mandat (Isim faail = kata pelaku) sedangkan wakil dalam bahasa Indonesia artinya penerima mandat. Penerima mandat dalam bahasa Arabiyyan adalah Mutawakkilun
Muhammad sudah menerima mandat dari Allah sebagai Rasul memberikan contoh kepada manusia jika ingin menjadi Mutawakkiluun 'alallah maka dalam memberi jawaban setiap persoalan harus dengan wahyu Allah secara prinsip, untuk hal-hal tehnik maka Mukmin dbenarkan menggunakan akalnya.
Contoh kongkritnya, ketika Mukmin/Muslim akan makan, itu atas perintah Allah makanya paling tidak wajib membaca :Bismillah dan bisa ditambah dengan do'a akan makan, akan tetapi teknik makan, bahwa sekarang ini kita makan dengan piring, sendok dan garpu itu hanyalah teknik yang bisa saja berbeda dengan Rasul, tetapi teknik makan yang diajarkan dengan tangan kanan adalah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Waktu untuk makanpun diatur yaitu pertama ketika lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang. Bagaimana jika bulan Ramadhan, pada siang hari dibulan Ramadhan bagi yang mengerjakan Shaum, sekalipun lapar wajib menahan lapar, karena perintah Shaum lebih tinggi dari pada perintah makan di bulan Ramadhaan. Demkian dengan tidur, bangun tidur, bekerja dan bahkan Mukmin/Muslm dalam berpikirpun hendaknya berpikir menurut yang diperintahkan Allah didalam Al-Qur'an, dan bukan berpikir bebas sebeba-bebasnya sehingga Zat Allah dipikirkan pula yang akan berakibat pada kesimpulan yang ngaur.
Sabda Nabi Muhammad SAW : Mulailah setiap pekerjaan dengan Bismillaahirrahmaannirrahiim dan akhiri dengan Alhamdulillahi rabbil alalamiin maka pekerjaan anda akan mendapatkan keberkahan.
Eksistensi Mukmin dalam hidup ini hendaknya selalu sadar diri agar setiap tindakan selalu dimulai dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah sebagai satu pantulan NUR dari Allah yaitu kekuasaan Wahyu Allah atas diri seorang Mukmin.
Pandangan dan sikap seorang mukmin dalam pekerjaan apapun yang tidak bertentangan dengan perintah Allah, harus dimulai dengan sikap seperti itu, artinya sudut memandang bahwa saya melakukan ini adalah atas nama Allah yang telah mengajarkan Ilmu-Nya yakni Al-Qur'an dan akan memberikan kepastian menurut pilihan masing-masing hambanya.
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari pelajaran tentang hidup dan kehidupan manusia di Bumi ini ialah :
1. Pandangan Jabariyah (Jabaret) yang beranggapan nasib manusia itu telah ditentukan dari sananya, manusia hanya bagaikan wayang yang tergantung kepada Dalangnya. Pandangan seperti ini membikin manusia apatis karena apapun yang diperbuat semuanya sudah menjadi takdir yang tidak bisa diubah oleh manusia itu sendiri.
2. Pandanga Kadariyah (Kadaret) bahwa manusia itu diberi akal oleh Tuhan, sehingga nasibnya ditentukan oleh manusia itu sendiri, sehingga jika dia miskin maka itu salahnya sendiri karena tidak mau berusaha dan lain-lain sebagainya.
3. Menurut pandangan Al-Qur'an, manusia setelah diberi akal, kemudian diberi satu ajaran melalui Rasul-Nya yang memberi jalan kepada kehidupan Khair dan kehidupan Syar. Manusia adalah makhluk alternatif yang bisa memilih, akankah mengikuti jalan kehidupan bahagia mengikuti Rasul Allah, atau mengikuti hawa-nafsunya dimana syaithan sebagai pemimpin mereka. Terserah manusia, akan mengambil jalan yang mana, hanya do'a yang Allah berikan kepada manusia adalah : "Wahai Pembimbing Kehidupanku, bimbinglah kami kepada jalan kehidupan yang mudah mencapai Jannah,yaitu jalan kehidupan yang telah dicapai oleh Rasul-Rasul sekalian, bukan jalan kehidupan aduk-adukan Nur-Dzulumat menurut Sunnah Syayatin juga bukan kehidupan Dzulumat menurut Sunnah Syayathin.yang akan mengakibatkan manusia masuk kedalam kehidupan Jahannam. Perkenankanlah ya Allah.
Tidak benar pandangan Jabariyah maupun kadariyah, tapi yang benar Mukmin itu harus hidup Mutawaakkilun alallah, bertindak berdasar mandat dari Allah untuk melaksanakan semua perintahnya dan tidak melanggar apa yang telah dilarangnya.
Semoga kita umat Islam di Indonesia, mampu mengaplikasikan dalam hidup ini Mutawakkilun alallah.
Semoga bermanfaat, mohon maaf bila ada kekurangan
Wassalam
Hamdjah
dari Selamon
Banda Neira

www.wawasan-wawasanku.blogspot.com
www.wawasan-al-alaq.blogspot.com